Awal Mula Kehidupan di Kos Baru
Tiga tahun lalu, saya pindah ke sebuah kota kecil untuk melanjutkan kuliah. Karena ingin lebih hemat, saya memutuskan tinggal di sebuah rumah kos lama yang lokasinya cukup dekat dengan kampus. Saat pertama kali masuk, suasana kos terasa biasa saja. Meski bangunannya agak tua, kamarnya bersih dan pemilik kos terlihat ramah.
Saya menempati kamar di lantai dua. Saat itu, pemilik kos bilang kamar tersebut masih kosong. Tapi malam pertama, saya menemukan seseorang sudah tidur di ranjang sebelah. Saya sempat kaget, namun ia menyapa dengan tenang. Katanya namanya Ardi, mahasiswa tingkat akhir yang juga menempati kamar itu.
Sejak malam itu, saya merasa lebih tenang. Setidaknya saya tidak tinggal sendiri.
Kehidupan Bersama Teman Sekamar
Hari-hari berikutnya berjalan normal. Ardi sering mengajak saya ngobrol hingga larut malam. Ia bercerita tentang kuliah, dosen yang galak, hingga hobi bermain gitar. Anehnya, saya tidak pernah melihatnya berangkat kuliah atau keluar kamar di siang hari. Jika pagi tiba, ranjangnya selalu rapi dan kosong, seolah ia hanya muncul di malam hari.
Namun, karena saya pikir jadwal kuliahnya berbeda, saya tidak menaruh curiga. Bahkan, Ardi sering mengingatkan saya untuk tidak pulang terlalu larut. Ia bilang kos itu punya “aturan tak tertulis” yang sebaiknya tidak dilanggar.
Tanda-Tanda Aneh Mulai Muncul
Malam demi malam, saya mulai merasakan kejanggalan. Suatu kali, teman kuliah saya yang mampir ke kamar bertanya, “Kamu tidur sendirian? Kok cuma ada satu ranjang?”
Saya kebingungan, karena jelas ada dua ranjang di kamar saya. Saya menunjuk ke ranjang Ardi, tetapi teman saya hanya memandang kosong. Katanya, sejak awal kamar itu hanya berisi satu ranjang.
Sejak kejadian itu, suasana kamar terasa semakin dingin. Kadang, saat tengah malam, saya mendengar suara gitar dipetik pelan. Padahal, saya tahu persis tidak ada gitar di kamar.
Kebenaran yang Mengejutkan
Rasa penasaran memaksa saya bertanya kepada ibu kos. Saya menceritakan bahwa saya sekamar dengan seorang mahasiswa bernama Ardi. Wajah ibu kos langsung pucat. Dengan suara bergetar, ia menjelaskan bahwa Ardi memang pernah tinggal di kamar itu, tapi ia meninggal setahun sebelumnya karena kecelakaan lalu lintas.
Saya merasa dunia berhenti berputar. Semua percakapan, tawa, bahkan nasihat Ardi terngiang kembali. Rasanya mustahil saya berinteraksi dengan seseorang yang sudah tiada. Namun, bukti di depan mata jelas: Ardi sudah lama meninggal.
Malam Terakhir Bersama Ardi
Malam itu, saya memberanikan diri berbicara kepada Ardi. Saat ia muncul di ranjang sebelah, saya menatapnya dan berkata, “Aku tahu kamu sudah tidak ada. Terima kasih sudah menemaniku selama ini.”
Ardi hanya tersenyum samar, lalu berkata pelan, “Jaga dirimu baik-baik. Jangan pernah melanggar aturan kos ini.” Setelah itu, ia perlahan menghilang, meninggalkan udara dingin menusuk di kamar.
Sejak malam itu, ranjang di sebelah saya selalu kosong. Tidak ada lagi suara gitar, tidak ada lagi percakapan larut malam.
Kesimpulan: Antara Nyata dan Tak Terlihat
Kisah ini membuat saya percaya bahwa kisah horor nyata tidak selalu tentang gangguan menakutkan. Kadang, roh yang sudah pergi hanya ingin ditemani, atau mungkin menyampaikan pesan terakhir.
Hingga sekarang, saya masih tinggal di kos yang sama. Meski sering merinding saat malam tiba, saya tidak lagi merasa takut. Saya percaya Ardi hanya ingin menjaga agar saya tetap aman, bahkan dari dunia yang berbeda.
